![]() |
"Demo Protes karena maraknya kejahatan seksual di negara India bagi wanita"/Foto : Redaksi |
RADARDETIK.ID - Pengadilan India pada hari Senin (20/1) menetapkan seorang sukarelawan polisi bersalah atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang tahun lalu dan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepadanya. Putusan tersebut dapat dibandingkan di pengadilan yang lebih tinggi oleh Sanjay Roy, yang berusia 33 tahun.
Kasus kejahatan ini memicu protes nasional tentang ketidakamanan perempuan, yang menghasilkan pengadilan cepat di sistem peradilan negara yang lamban. Putusan tersebut memiliki hak untuk dibandingkan di pengadilan yang lebih tinggi oleh Sanjay Roy, 33 tahun, yang secara konsisten menyatakan bahwa ia tidak bersalah.
Dokter berusia 31 tahun tersebut dibunuh saat bekerja di sebuah rumah sakit di kota timur Kolkata. Kasus ini menunjukkan masalah kekerasan terhadap perempuan di India yang sudah lama ada. Pada tanggal 9 Agustus lalu, polisi menemukan tubuh wanita tersebut berlumuran darah di aula seminar R.G. Kar Medical College and Hospital.
Polisi menemukan bahwa dia dicekik dan mengalami pelecehan seksual. Polisi federal, yang menyelidiki kasus ini, berpendapat bahwa pelaku kejahatan ini harus dihukum mati.
Orang tua korban menyatakan bahwa mereka menduga ada banyak orang yang terlibat dalam kejahatan tersebut, dan mereka juga menuntut Roy hukuman mati. Polisi Kolkata awalnya menyelidiki kasus ini, tetapi pengadilan kemudian menyerahkannya kepada penyelidik federal setelah para pejabat pemerintah negara bagian dituduh melakukan kesalahan dalam penyelidikan.
Di seluruh India, para dokter dan mahasiswa kedokteran mengadakan protes dan unjuk rasa untuk menuntut keamanan yang lebih baik setelah penyerangan tersebut. Ribuan wanita juga berunjuk rasa di jalan-jalan menuntut keadilan yang cepat bagi korban. Perdebatan tentang kasus ini dimulai pada bulan November setelah Roy ditangkap sehari setelah kejadian.
Mahkamah Agung India memutuskan untuk membentuk gugus tugas nasional untuk mengusulkan solusi untuk meningkatkan keamanan rumah sakit pemerintah sebagai akibat dari serangan tersebut. Di India, banyak kejahatan terhadap perempuan yang tidak dilaporkan karena stigma kekerasan seksual dan ketidakpercayaan polisi.
Para aktivis hak-hak perempuan mengatakan bahwa masalah ini sangat penting di daerah pedesaan, di mana keluarga dan masyarakat kadang-kadang mempermalukan korban kekerasan seksual.
Pada tahun 2012, protes besar-besaran terjadi di seluruh India sebagai akibat dari pemerkosaan beramai-ramai dan pembunuhan seorang mahasiswi berusia 23 tahun di sebuah bus di New Delhi. Karena peristiwa ini, anggota parlemen meminta hukuman yang lebih berat untuk pelanggaran seperti itu dan mendirikan pengadilan jalur cepat untuk kasus pemerkosaan.
Pemerintah juga memberlakukan hukuman mati bagi mereka yang melakukan pelanggaran berulang. Pada tahun 2020, empat pria yang dijatuhi hukuman mati atas kejahatan tahun 2012 dibebaskan. Selain mengkriminalisasi penguntitan dan menonton kejahatan, undang-undang pemerkosaan yang diubah pada tahun 2013 juga mengkriminalisasi "vayourism", atau praktik memperoleh kenikmatan seksual dengan menonton orang lain telanjang atau terlibat dalam aktivitas seksual. Selain itu, amandemen undang-undang tersebut menurunkan usia yang diperlukan untuk dianggap orang dewasa dari 18 tahun menjadi 16 tahun.
Para aktivis mengklaim bahwa tuntutan hukuman baru tidak membuat pelaku pemerkosaan jera, dan bahwa jumlah kasus yang tercatat meningkat. Biro Catatan Kejahatan Nasional melaporkan 31.516 laporan pemerkosaan pada tahun 2022, peningkatan 20% dari tahun 2021.