Notification

×

Iklan

Iklan

Fenomena Sulit Membangun Rumah Ibadah Agama Minoritas di Negeri Pancasila?

Sunday, 22 September 2024 | 06:53 WIB Last Updated 2024-09-21T23:53:13Z
"Koordinator Pusat Forum Cendikiawan Muda Indonesia Ramdhan Agung Giri Nugroho memberikan pendapat tentang Fenomena Sulit Membangun Rumah Ibadah"/Foto : Ramdhan


RADARDETIK.ID - Indonesia menjadi primadona bagi narasi Toleransi, bagi para penggiat kemanusiaan Indonesia seolah adalah surga yang dirindukan, namun paradigma ini tidaklah sepenuhnya tepat. Ternyata masih banyak fenomena dan skandal kemanusiaan yang terjadi di Indonesia dari masa ke masa, intimidasi kepada kelompok yang di anggap minoritas oleh kelompok yang menganggap dirinya superior, dan mayoritas, hal tersebut masih banyak terjadi, serta yang lebih tragis hal ini di lakukan dalam konflik of interes antar umat Beragama. 


Islam sebagai agama dengan Jumlah pemeluk terbesar di Indonesia atau mayoritas, memang memiliki banyak Previllage di Indonesia, walau tak di berikan secara resmi namun fakta nya hal itu nyata adanya. Seberapa banyak Masjid dan Mushola, sebagai rumah sarana Ibadah umat Islam yang tidak memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan), dan tidak menempuh proses regulasi sebagaimana mestinya, namun tetap tegak dan nyaman berdiri di Indonesia? 


Apakah ini sebuah keadilan dan kebenaran, sedangkan banyak saudara kita se tanah air yang masih sulit mengurus perizinan, serta pendirian rumah Ibadah di negeri yang katanya ber Bhineka. Banyak faktor, namun kita perlu melakukan evaluasi bagaimana kita bisa menerapkan Islam sebagai agama yang Toleran, dan bisa mengayomi, mengapa harus Islam? Karena kita sebagai agama mayoritas di negeri ini. 


Maka kita harus bisa berperan sebagai Bapak bagi agama-agama lain, bukan justru menjadi Impostor yang membahayakan agama lain, bukan rahasia umum lagi, jika banyak pendirian rumah Ibadah agama minoritas yang mendapat kendala, dan intimidasi.



Bahkan banyak kasus orang yang sedang beribadah di Intimidasi oleh mereka yang menganggap dirinya Mayoritas, ini lah yang harus di tekankan bahwa Islam bukanlah agama yang individual, eksklusif & keras, kita harus menyebarkan Islam sebagai agama yang lemah lembut, cinta damai, dan hadir untuk seluruh umat Manusia, tanpa membedakan suku, ras, bahasa, warna kulit, dan Agama yang berada di luar Islam. 


Bukankah Rasulullah ketika bertemu dengan utusan Nasrani dari Najran membuat sebuah surat yang isinya berlaku sampai akhir zaman? Dimana surat tersebut menghimbau kepada kaum Muslimin, untuk tidak boleh memaksa Umat Nasrani (Agama selain Islam), untuk memeluk Islam dengan paksaan, melarang mereka pergi kerumah Ibadah mereka, dan bahkan yang sangat fantastis.


Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk membantu Umat Agama lain saat membangun rumah Ibadah, dan bantuan tersebut tidak boleh di hitung sebagai Hutang. Bukankah kita dalam menyampaikan Islam, harusnya mencontoh Nabiullah yang mulia, yaitu Rasulullah, bukankah mencontohkan akhlak Rasulullah jauh lebih baik di banding kita mendakwahkan islam dengan cara yang keras dan intoleran seperti Sinan Bin Anas Bin Amr Nakhai, yang di katakan oleh Imam Ibnu Katsir sebagai pembunuh Husein, dan menggorok kepala Husein untuk di serahkan kepada Khawali Bin Yazid? 


Tentu ini mesti menjadi bahan intropeksi kita sebagai Umat Islam dalam menyebarkan Islam & menjaga kenyamanan, serta keamanan umat beragama lain ketika hidup di Mayoritas pemeluk Agama Islam, seperti di negeri Pancasila, Indonesia.


Di tulis oleh : 

Ramdhan Agung Giri Nugroho 

Koordinator Pusat Forum Cendikiawan Muda Indonesia




×
Berita Terbaru Update