Notification

×

Iklan

Iklan

Ramdhan Agung Giri Nugroho : Menggungat Pembajakan Makna Islam Kaffah Oleh kelompok Hizbut Tahrir

Wednesday, 7 August 2024 | 21:11 WIB Last Updated 2024-08-07T16:26:36Z


RADARDETIK.ID - Islam Kaffah, yang di sepakati makna nya ber Islam secara menyeluruh tanpa terkecuali, sebagaimana tekstual Al-Qur’an menjelaskan, memanglah benar adanya, namun fakta nya di lapangan, istilah dari makna narasi Islam Kaffah, telah banyak di salah artikan, dan di klaim oleh kelompok terlarang yaitu Hizbut Tahrir.


Bukan hanya itu, kelompok Hizbut Tahrir, juga mereduksi makna Islam Kaffah, menjadi sebuah Distorsi yang kuat, dalam upaya perlawanan nya terhadap Negara, sehingga seolah penerapan Islam Kaffah, terkhusus di Indonesia memiliki garis irisan konflik yang fundamental terhadap Pancasila, Demokrasi, dan konsep Negara yang di pakai Indonesia hari ini. 


Dalam kasus ini, maka yang perlu di sepakati adalah bahwa Islam sebagai agama damai, dengan konsep dasar kemanusiaan, yang dimana Islam turun sebagai Rahmatan Lil Alamin, tentunya konsep ini sangat amat bertentangan dengan pola fikir yang di usung Hizbut Tahrir, dimana mereka mengusung Konsep Khilafah, dimana mereka bertameng kan diksi Islam Kaffah, seolah hanya dengan Khilafah lah, Islam yang Kaffah dapat di terapkan.


Maka atas turunan fikiran tersebut, muncullah distorsi yang di ciptakan dalam Masyarkat bahwa halal apapun caranya jika tujuan upaya nya adalah untuk menegakkan Khilafah, yang akan bermuara pada konsepsi Islam Kaffah yang selama ini mereka gaungkan, dan mereka Bajak dari Islam yang sebenarnya sudah Kaffah di Indonesia, dengan konsep & bentuk negara yang ada Hari ini. 


Salah satu fakta menonjol, bahwa mereka para pengasong Khilafah, termasuk Hizbut Tahrir dalam konteks ini, menyatakan bahwa Menegakkan Khilafah wajib, demi tegak nya Islam yang Kaffah versi Absolute mereka, sehingga secara faktual di lapangan mereka menghalal kan yang Allah & Rasull nya haram kan, yaitu mencaci, dan menjelekkan pemerintah. Serta mengingkari ke absahan pemerintahan di bawah kepemimpinan Negara, dalam konteks ini Presiden jika kita bicara pada lingkup Indonesia. 


Dalam banyak tulisannya, baik dalam media Kaffah, maupun akun-akun media sosial dakwah Hizbut Tahrir, sampai hati, dan lancar mulut mereka menuturkan cacian, makian, dan kebencian kepada pemimpin Negara Republik Indonesia yang sah, yaitu Presiden, dan jajaran Kabinet nya, dimana ini merupakan bentuk dari Syiasah, Jihad, dan dakwah yang mereka klaim demi tegak nya sistem Khilafah, demi Islam yang Kaffah dalam sudut pandang kelompok mereka. 


Padahal faktanya, apa yang mereka amalkan adalah suatu bentuk pengingkaran terhadap Aqidah Islam yang Haq berdasarkan pemahaman Ahlusunnah Wal’Jama’ah, Sunni yang Haq, dimana dalam ajaran Islam Kaffah, justru Haram, bagi umat Islam mencaci, membuka Aib, dan mengkritik pemerintahan yang sah dengan dalih Agama, sebagaimana yang tercantum dalam beberapa Ayat Qur’an & Hadist Nabi, dimana Umat Islam di wajibkan taat & patuh pada pemimpin/Ulil Amri, yang telah terpilih, terlepas dari bagaimana caranya dia terpilih. 


Seperti misalnya pada dalil-dalil, dan Fatwa Ulama Ahlusunnah tentang kewajiban, taat & patuh terhadap pemimpin yang sah di suatu negara, sekalipun dia pemerintah yang Dzalim.

  1. Imam Al-Muzani Rahimahullah berkata : “Taat kepada Ulil Amri (pemerintah) dalam hal-hal yang diridai Allah ‘azza wa jalla dan meninggalkan (ketaatan kepada mereka) pada hal-hal yang dimurkai Allah. Meninggalkan sikap khuruj (memberontak) ketika pemerintah bersikap sewenang-wenang dan tidak adil. Bertaubat kepada Allah agar pemerintah bersikap kasih sayang terhadap rakyatnya.”
  2. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’: 59)
  3. “Patuh dan taat pada pemimpin tetap ada selama bukan dalam maksiat. Jika diperintah dalam maksiat, maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan.” (HR. Bukhari, no. 2955). Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menyebutkan bahwa Allah memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan taat kepada Rasul dengan menjalankan perintah keduanya baik yang wajib maupun sunnah serta menjauhi setiap larangannya. Juga dalam ayat disebutkan perintah untuk taat pada ulil amri. Yang dimaksud ulil amri di sini adalah yang mengatur urusan umat. Ulil amri di sini adalah penguasa, penegak hukum dan pemberi fatwa.
  4. “Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak.” (HR. Abu Daud, no. 4607 dan Tirmidzi, no. 2676. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
  5. “Barangsiapa menaatiku, maka ia berarti menaati Allah. Barangsiapa yang  tidak mentaatiku berarti ia tidak menaati Allah. Barangsiapa yang taat pada pemimpin berarti ia menaatiku. Barangsiapa yang tidak menaati pemimpin berarti ia tidak menaatiku.” (HR. Bukhari, no. 7137 dan Muslim, no. 1835).
  6. “Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”Beliau bersabda, “Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim, no. 1847)


Dari banyak nya Ayat, fatwa, dan Hadist yang memerintahkan taat & patuh pada pemerintah walaupun mereka pemerintah tersebut Dzalim, selama Hak, dan kewajiban Umat Islam masih di penuhi, di fasilitasi, dan tidak ada larangan Shalat Maka wajib men taati, dan haram bagi umat Islam untuk menentang pada Pemerintah, mengkritik, mencaci, dan mengumbar Aib.


Tentu dari pembuktian dalil yang kami bawa di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa narasi menegakkan Khilafah untuk menegakkan Islam Kaffah, yang telah di akuisisi seolah oleh kelompok Hizbut Tahrir adalah sebuah kedustaan, dan klaim sepihak. 

Karena pada hakikat nya, mereka tidak sedang memperjuangkan Islam yang Kaffah, melainkan sedang mendakwahkan Syahwat Politik mereka untuk menguasai suatu bangsa, negara, bahkan seluruh dunia, dengan membelokkan makna-makna ke Islaman, yang jika umat Jeli, maka kita akan paham bahwa yang sedang mereka bawa adalah Manhaj nya para Khawarij, dengan variabel yang jelas, gemar memberontak, mencaci, membicarakan buruk, dan membuka Aib pemerintah/pemimpin suatu bangsa/Negara. 


Sebagaimana termaktub dalam sebuah dalil, bahwa kebiasaan Khawarij, yang di katakan sebagai Anjing-anjing Neraka, adalah gemar membicarakan keburukan, mencaci, dan menghinakan pemimpin nya, sebagaimana yang di lakukan oleh kelompok-kelompok Pengasong Khilafah, salah satu nya adalah Hizbut Tahrir. 


Adapun dalil-dalil bahayanya kelompok Khawarij, dan yang gemar mencaci, membicarakan buruk, dan membuka aib pemimpin nya, adalah sebagai berikut :


  1. “Saya pernah bersama Abu Bakrah di bawah mimbar Ibnu Amir yang sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Abu Bilal berkata: Lihatlah pemimipin kita, dia mengenakan pakaian orang-orang fasiq. Abu Bakrah menegurnya seraya berkata: Diamlah, saya mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menghina pemimpin di muka bumi, niscaya Allah akan menghinakannya“” (Lihat Shahih Sunan Tirmdzi: 1812). Imam Dzahabi berkata: “Abu Bilal namanya adalah Mirdas bin Udiyyah, seorang khawarj tulen. Karena kejahilannya, maka dia menganggap pakaian tipis bagi kaum pria adalah pakaiannya orang fasiq” (Siyar A’lam Nubala’ 14/508 oleh imam Dzahabi).
  2. Dalam kitab sejarah dan firaq (kelompok dan golongan) mereka disebut Al-Qa’adiyyah. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata mensifati sebagian jenis khawarij: “Dan kaum Al-Qa’adiyyah yaitu kelompok yang melicinkan pemberontakan terhadap pemerintah sekalipun tidak langsung membrontak”. Bahkan, kadang-kadang orang yang mengompori untuk berontak lebih jelek daripada yang langsung memberontak sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud dalam Masail Ahmad hal. 271 dar Abdullah bin Muhammad berkata: “Khawarij jenis Al-Qa’adiyyah adalah sejelek-jeleknya kelompok khawarij!”. Para ulama masa kini juga telah membendung dan memerangi pemikiran-pemikiran khawarij model Al-Qa’adiyyah ini.


Maka berdasarkan Hadist, dan pendapat para ulama jelas sudah, bahwa Manhaj, atau metode Islamiyah yang di terapkan Hizbut Tahrir bukanlah metode Islam Ahlusunnah Wal’jama’ah yang di ajarkan oleh Allah & Rasull nya, melainkan mereka menerapkan metode Islamiyah yang berkiblat pada paham Khawarij. Yang Rasulullah menghakimi kelompok Khawarij ini sebagai Anjing-anjing Neraka. 


Maka tibalah kita pada sebuah kesimpulan yang mendalam, bahwa sebenarnya narasi Islam Kaffah & Khilafah, tidak lah relevan di narasikan di Indonesia yang telah menjalankan Islam dengan Kaffah, dengan miniatur Piagam Madinah sebagai dasar negara Yaitu Pancasila, yang arti nya, negara Indonesia telah menjadi negara Islam saat ini secara umum, dan Kaffah. 


Sehingga kita bisa menyimpulkan, bahwa Islam Kaffah yang ingin di bawa, di terapkan, dan sedang di perjuangkan oleh Kelompok Hizbut Tahrir, adalah Islam Kaffah versi Khawarij, yang notabene keluar dari pemahaman Islam yang Kaffah secara Haq, sesuai Al-Qur’an & Sunnah, yang di pahami oleh mayoritas Ulama Ahlusunnah di Dunia. 


Maka marilah kita sebagai Masyarakat Indonesia, berjuang, bergandeng tangan, menguatkan barisan, baik dengan Kepolisian, Pemerintah, maupun penegak Hukum, dan instansi lainnya, untuk bersama-sama menjaga Indonesia, dari rongrongan Ideologi Transnasional, seperti Khilafah, Komunisme, dan sejenisnya, yang bisa merusak sendi-sendi kita bernegara, dan merobek rajutan benang indah di dalam seni menenun ala Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Salam NKRI, Salam Pancasila, Merah Putih Abadi.


Penulis :

Ramdhan Agung Giri Nugroho

Koordinator Pusat Forum Cendikiawan Muda Indonesia



×
Berita Terbaru Update