![]() |
"Koordinator Pusat Force-Mi Bersama Perwakilan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam diskusi Kebangsaan dihadapan Ratusan Kepala Desa Se-Kabupaten Bogor"/Foto : Ramdhan |
RADARDETIK.ID - Umat Islam dinegara Indoensia hari ini sedang berada pada fase Degradasi Ideologi, dimana racun Ideologi bernama Khilafah seolah banyak meracuni alam berfikir kaula Muda Indonesia, baik dari kalangan pemuda desa, Kota, hingga Mahasiswa dan Mahasiswi.
Hal ini amat wajar terjadi, karena kita sama-sama paham isu apapun yang di kaitkan dengan unsur Agama akan selalu menusuk, dan melekat dengan cepat di dalam hati, dan fikiran setiap Insan yang mendengar nya terkhusus di Indonesia.
Lalu bagaimana Islam memandang Khilafah, yang selama ini di gaungkan seolah adalah bagian dari ajaran Islam, dan Produk Allah Subahannahu wata’alla? Sebenarnya dalam konsep Islam, ada istilah kepemimpinan yang di sebut dengan Khilafah, namun masa ini hanya tuntas pada tiga puluh tahun pertama masa kejayaan umat Islam, dan tidak bisa berlaku, atau di berlakukan pada era saat ini, karena secara masa, dan secara fakta terikat oleh Dalil, Hadist dari Rasulullah yang berbunyi.
Said bin Jumhan berkata Safinah menyampaikan hadis kepadaku, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Pemerintahan khilafah pada umatku selama 30 tahun, setelah itu diperintah oleh kerajaan.” Lalu Safinah berkata kepadaku: “Hitunglah kekhilafahan Abu Bakar (2 tahun), Umar (10 tahun) dan Utsman (12 tahun).” Safinah berkata lagi kepadaku: “Tambahkan dengan masa khilafah Ali (6 tahun). Ternyata semuanya 30 tahun. Said berkata: “Aku berkata kepada Safinah: Sesungguhnya bani Umayyah berasumsi bahwa khilafah ada pada mereka.” Safinah menjawab: “Mereka (bani Umayyah) telah berbohong. Justru mereka adalah para raja, yang tergolong seburuk-buruk para raja.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Dari Hadist tersebut jelas bahwasanya konsep Khilafah telah usai di masa kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib R.a. Namun menjadi masalah adalah ketika di masa akhir muncul kelompok-kelompok Neo Khawarij yang mengaku Ahlusunnah dan ingin menegakkan Khilafah dengan dalih memperjuangkan kejayaan, dan nubuah Rasulullah, padahal fakta nya kelompok-kelompok tersebut, seperti HTI, Ikhwanul Muslimin, Khilafatul Muslimin, dan lainnya, tidak lain dan tidak bukan tujuan mereka adalah untuk meraih kekuasaan dengan menjadikan Islam sebagai alat marketingnya.
Ada beberapa oknum yang mulai membelokkan makna dari Khilafah, bagaimana kelompok seperti HTI misalnya, ingin memperjuangkan Khilafah tapi dengan cara mencaci maki pemimpin suatu bangsa dan negara, yang dimana hal ini adalah ciri-ciri kelompok Khawarij, yang gemar mencaci maki pemimpin, sebagaiman Rasulullah sifati kelompok Khawarij dalam beberapa Hadist berikut.
“Saya pernah bersama Abu Bakrah di bawah mimbar Ibnu Amir yang sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Abu Bilal berkata: Lihatlah pemimipin kita, dia mengenakan pakaian orang-orang fasiq. Abu Bakrah menegurnya seraya berkata: Diamlah, saya mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menghina pemimpin di muka bumi, niscaya Allah akan menghinakannya“ (Lihat Shahih Sunan Tirmdzi: 1812.)
Dan para ulama mengatakan bahwa mencaci pemerintah, mengkritik pemerintah adalah metode dakwah dan metode sifat Khawarij dalam menyampaikan Ghirah perjuangan mereka, yang demikian adalah seburuk-buruk nya kelompok Khawarij. Sebagaimana yang di tuliskan oleh Abu Dawud dalam Masail Ahmad hal. 271 dari Abdullah bin Muhammad berkata :
“Khawarij jenis Al-Qa’adiyyah adalah sejelek-jeleknya kelompok khawarij!”. (Al-Qa’adiyyah adalah kelompok Khawarij yang gemar mencaci maki pemimpin).
Dari dalil & fatwa tersebut maka jelas bagaimana kelompok yang mengatasnamakan Ahlusunnah namun mencaci pemerintah, ingin menegakkan Khilafah adalah kelompok yang menyimpang, lagi sesat, yaitu mereka termasuk kelompok-kelompok Khawarij yang di gelari oleh Rasulullah sebagai Anjing-anjing Neraka.
Bukan hanya itu, dalam urusan metode pun kelompok pengusungng Khilafah banyak mengalami kerancuan dalam berfikir, jika mereka mau merujuk pada Riwayat Khilafah di era Rasulullah, dan empat sahabat terbaik beliau. Maka muncul pertanyaan metode pemilihan pemimpin seperti apa yang mereka kehendaki ?
Jika mereka berkata mengikuti metode Rasulullah ketika di pilih Allah SWT sehingga menjadi pemimpin, maka metode ini adalah halusinasi atau istilah lainnya mustahil, karena tidak mungkin ada Nabi dan Rasul dalam Iman Islam yang akan datang dan berdialog dengan Allah melalui malaikat Jibril, dan secara psikologis menyatakan bahwa metode yang di lakukan empat sahabat nabi adalah salah karena tidak sesuai apa yang Rasulullah SAW contohkan.
Misalnya Abu Bakar, beliau di pilih dengan metode musyawarah mufakat, sehingga terangkat menjadi Khalifah, lalu ada Umar Bin Khatab yang di tunjuk langsung oleh pemimpin sebelumnya yaitu Abu Bakar sehingga Umar Bin Khatab menjadi Khalifah, dan Usman, serta Ali yang di pilih dengan sistem Musyawarah, artinya ada tiga metode yang mana yang mau kita terapkan jika kita mengikuti kehendak para pengasong Khilafah?
Maka dari hal itu saja sudah jelas, bahwa metodologi dalam memulai kepemimpinan di bawah naungan Khilafah, telah cacat secara ilmiah, dan gunjing ke sahih’han nya secara konsep. Lalu kenapa masih di paksakan?
Karena konsep ini lah yang mudah merasuki hati dan fikiran kaum muslimin, dimana Ghirah, perjuangan, persamaan nasib, menjadi senjata bahwa umat islam harus bersatu melawan ke Dzaliman.
Demi menegakkan Islam yang Kaffah, padahal realitas nya kondisi umat Islam di Indonesia, baik di era HOS Tjokro Aminoto, K.H. Ahmad Dahlan maupun K.H. Hasyim As’ari telah mencerminkan Islam yang Kaffah, bahkan secara fundamental yaitu mengedepankan persatuan dan bertoleransi pada perbedaan, sehingga terbentuk lah kesepakatan bersama dan ideologi bangsa melalui murid-murid beliau, yang di sebut dengan Pancasila.
Maka dari sedikit pemaparan tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa era berlaku atau era keemasan Khilafah telah usai. Adapun ke Khilafahan Abbasiyah, Umayyah, dan Otoman yang di anggap sebagai “Ke Khilafahan” oleh sebagian kaum Muslimin ini adalah kurang tepat.
Karena notabene baik era Umayyah, Abasiyah, Otoman, atau Lainnya pasca wafat nya Ali Bin abi Thalib adalah sistem Monarki dan Kerajaan yang di balut dengan kesan Agama untuk menarik simpati umat Islam, dan melanggengkan Kekuasaan mereka demi syahwat Duniawi. Dan inilah yang sedang di upayakan oleh kelompok-kelompok pengasong Khilafah seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Khilafatul Muslimin, dan lainnya.
Maka kesimpulannya, sistem Khilafah telah kurang tepat untuk saat ini dan telah selesai masanya sesuai dalil Rasulullah diatas, adapun jika hari ini ada yang mengatakan akan memperjuangkan dan menegakkan Khilafah itu seperti propaganda untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Karena notabene yang sedang mereka perjuangkan adalah Politik kekuasaan, bukan membela Agama, karena tidak lagi berlaku sistem Khilafah. Namun kerinduan umat akan sistem tersebut sangat besar, sehingga mereka para pengasong Khilafah membalut produk Politik mereka dengan Istilah Khilafah.
Sebagaimana yang di lakukan Kerajaan Umayyah, Abbasiyah, dan Otoman, dengan tujuan yang serupa yaitu menarik simpati umat Islam, sehingga umat Islam menganggap mereka adalah pejuang Islam, yang faktanya ini hanyalah kesemuan belaka, dan halusinasi para pemabuk Agama yang di pengaruhi oleh para sampah-sampah Ideologi.
Penulis :
Ramdhan Agung Giri Nugroho (Koordinator Pusat Forum Cendikiawan Muda Indonesia)