"Dosen prodi Psikologi Universitas Jendral Ahmad Yani Yogyakarta menjelaskan tentang teori Evaluasi Pelatihan"/Foto : Radar Detik |
RADARDETIK.ID - Evaluasi pelatihan merupakan salah satu instrument yang sangat penting dimana merupakan salah satu indicator untuk mengetahui proses ketercapaian keberhasilan suatu pelatihan yang sudah dilaksanakan.
Untuk mengetahui index ketercapaian dalam suatu program maka untuk itu diperlukan pentingnya Evaluasi tentang Pelatihan. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Dosen program Studi Psikologi Universitas Ahmad Yani Yogyakarta Dian Juliarti Bantam tentang teori Evaluasi Pelatihan.
Bahwa sesungguhnya Pelaksanaan pelatihan membutuhkan evaluasi agar dapat diketahui efektivitas pelatihan dan ketercapaian tujuan pelatihan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirkpatrick (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2009) bahwa evaluasi pelatihan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menunjukan efektivitas dari program pelatihan sehingga dapat diketahui peningkatan proses bisnis, dimana terdiri dari empat aspek yaitu reaction, learning, behavior, dan results.
Selanjutnya efektifitas peralihan menurut Newby (Sopacua & Budijanto, 2007) berkaitan dengan seberapa jauh program pelatihan yang diselenggarakan mampu mencapai tujuan yang telah dirancang. Adanya evaluasi pelatihan maka, penyelenggara pelatihan dapat mengkonfirmasi bahwa peserta pelatihan telah mencapai kompetensi yang diharapkan dari pelatihan (Sopacua & Budijanto, 2007).
Mengacu pada empat tahap evaluasi dari Kirkpatrick (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2009), maka menurut Instructional System Development tahun 2004 (Sopacua & Budijanto, 2007) pada evaluasi tahap 1 dan 2 akan menghasilkan informasi bagi organisasi tentang penyelenggara pelatihan (formatif), penilaian tingkat 3 dan 4 memberikan informasi yang terfokus pada dampak pelatihan terhadap organisasi (ringkasan), yaitu status pasca pelatihan.
Evaluasi pelatihan berdasarkan gagasan dari Kirkpatrick telah banyak diimplementasikan (Badu, 2012; Bagiyono, 2012) baik dalam training umum maupun dalam proses pembelajaran. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Bagiyono (2012) tentang evaluasi pelatihan teknik mengajar berdasarkan model empat level evaluasi pelatihan Kirkpatrick.
Keempat Level tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2009):
1. Level 1: Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)
Evaluasi yang dilakukan terhadap reaksi peserta pelatihan ditujukan untuk mengukur kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan proses pelatihan. Pelatihan dianggap berkualitas apabila pelatihan dapat memuaskan dan memenuhi harapan peserta sehingga mereka mempunyai motivasi dan merasa nyaman untuk belajar (Bagiyono, 2012).
Evaluasi pada Level 1 relatif lebih mudah dilaksanakan. Metode pengukuran yang umum digunakan adalah kuesioner dan wawancara yang berisi pertanyaan mengenai pendapat peserta tentang aspek pelatihan tersebut.
2. Level 2: Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan dan perubahan sikap (KSA) peserta berdasarkan partisipasi mereka dalam program pelatihan tersebut. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila peserta telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan. Sopacua dan Budijanto (2007) menyatakan bahwa penilaian terkait KSA dapat dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan).
Mengevaluasi hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengevaluasi reaksi (Bagiyono, 2012). Menurut Bagiyono (2012) cara yang sering dilakukan dalam Evaluasi Level 2 adalah dengan membandingkan hasil pretest dengan posttest, yang dapat berupa tes tertulis maupun tes praktikum (performance test), sehingga jelas hasilnya.
3. Level 3: Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)
Evaluasi ini difokuskan untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi setelah peserta kembali ke tempat kerja. Pada Level ini dapat juga dinilai bagaimana peserta dapat mentrasfer pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperoleh selama pelatihan untuk diimplementasikan di tempat kerjanya.
Menurut Bagiyono (2012) evaluasi level 3 ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap hasil kegiatan pelatihan, karena penilaian yang dilakukan berupa penilaian perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja.
Bagiyono (2012) menambahkan bahwa evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan perilaku peserta pelatihan atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah mengikuti pelatihan, maupun dengan mengadakan survei atau wawancara dengan atasan maupun bawahan peserta pelatihan setelah kembali ke tempat kerja.
4. Level 4: Evaluasi Hasil (Result Evaluation)
Evaluasi hasil Level 4 difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program pelatihan. Perubahan kinerja organisasi dievaluasi misalnya dengan membandingkan kualitas dan kuantitas hasil kerja serta durasi proses kerja sebelum dan sesudah pelatihan.
Evaluasi Level 4 dapat dikatakan sebagai evaluasi terhadap dampak program pelatihan yang dilakukan. Evaluasi hasil akhir ini dilakukan dengan membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok peserta training, mengukur kinerja sebelum dan setelah mengikuti pelatihan.
Namun perlu diingat, bahwa tidak semua dampak dari sebuah program dapat diukur dan meskipun dapat diukur seringkali membutuhkan waktu yang lama.