Notification

×

Iklan

Iklan

Dosen Universitas Jendral Ahmad Yani Yogyakarta Dian Juliarti Bantam Jelaskan Teori Evaluasi Pelatihan

Saturday, 27 April 2024 | 10:04 WIB Last Updated 2024-04-27T03:11:02Z
"Dosen prodi Psikologi Universitas Jendral Ahmad Yani Yogyakarta menjelaskan tentang teori Evaluasi Pelatihan"/Foto : Radar Detik


RADARDETIK.ID - Evaluasi pelatihan merupakan salah satu instrument yang sangat penting dimana merupakan salah satu indicator untuk mengetahui proses ketercapaian keberhasilan suatu pelatihan yang sudah dilaksanakan.


Untuk mengetahui index ketercapaian dalam suatu program maka untuk itu diperlukan pentingnya Evaluasi tentang Pelatihan. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Dosen program Studi Psikologi Universitas Ahmad Yani Yogyakarta Dian Juliarti Bantam tentang teori Evaluasi Pelatihan.


Bahwa sesungguhnya Pelaksanaan pelatihan membutuhkan evaluasi agar dapat diketahui efektivitas pelatihan dan ketercapaian tujuan pelatihan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirkpatrick (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2009) bahwa evaluasi pelatihan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menunjukan efektivitas dari program pelatihan sehingga dapat diketahui peningkatan proses bisnis, dimana terdiri dari empat aspek yaitu reaction, learning, behavior, dan results. 


Selanjutnya efektifitas peralihan menurut Newby (Sopacua & Budijanto, 2007) berkaitan dengan seberapa jauh program pelatihan yang diselenggarakan mampu mencapai tujuan yang telah dirancang. Adanya evaluasi pelatihan maka, penyelenggara pelatihan dapat mengkonfirmasi bahwa peserta pelatihan telah mencapai kompetensi yang diharapkan dari pelatihan (Sopacua & Budijanto, 2007).



Mengacu pada empat tahap evaluasi dari Kirkpatrick (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2009), maka menurut Instructional System Development tahun 2004 (Sopacua & Budijanto, 2007) pada evaluasi tahap 1 dan 2 akan menghasilkan informasi bagi organisasi tentang penyelenggara pelatihan (formatif), penilaian tingkat 3 dan 4 memberikan informasi yang terfokus pada dampak pelatihan terhadap organisasi (ringkasan), yaitu status pasca pelatihan.


Evaluasi pelatihan berdasarkan gagasan dari Kirkpatrick telah banyak diimplementasikan (Badu, 2012; Bagiyono, 2012) baik dalam training umum maupun dalam proses pembelajaran. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Bagiyono (2012) tentang evaluasi pelatihan teknik mengajar berdasarkan model empat level evaluasi pelatihan Kirkpatrick. 


Keempat Level tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2009):

1. Level 1: Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)

Evaluasi yang dilakukan terhadap reaksi peserta pelatihan ditujukan untuk mengukur kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan proses pelatihan. Pelatihan dianggap berkualitas apabila pelatihan dapat memuaskan dan memenuhi harapan peserta sehingga mereka mempunyai motivasi dan merasa nyaman untuk belajar (Bagiyono, 2012). 

Evaluasi pada Level 1 relatif lebih  mudah dilaksanakan. Metode pengukuran yang umum digunakan adalah kuesioner dan wawancara yang  berisi  pertanyaan  mengenai pendapat peserta tentang aspek pelatihan tersebut. 


2. Level 2: Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)

Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan dan perubahan sikap (KSA) peserta berdasarkan partisipasi mereka dalam program pelatihan tersebut. Peserta pelatihan  dikatakan  telah  belajar apabila peserta telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun  peningkatan  ketrampilan. Sopacua dan Budijanto (2007) menyatakan bahwa penilaian terkait KSA dapat dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan). 

Mengevaluasi hasil belajar lebih sulit dan memakan  waktu  dibandingkan  dengan mengevaluasi  reaksi (Bagiyono, 2012). Menurut Bagiyono (2012) cara yang sering dilakukan dalam Evaluasi Level 2 adalah dengan membandingkan hasil pretest dengan posttest, yang dapat berupa tes tertulis maupun tes praktikum (performance test),  sehingga jelas hasilnya. 


3. Level 3: Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)

Evaluasi ini difokuskan untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi setelah peserta kembali ke tempat kerja. Pada Level ini dapat juga dinilai  bagaimana  peserta  dapat mentrasfer  pengetahuan,  sikap  dan  ketrampilan yang  diperoleh  selama  pelatihan untuk diimplementasikan di tempat kerjanya. 

Menurut Bagiyono (2012) evaluasi level 3 ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap hasil kegiatan pelatihan, karena penilaian yang dilakukan berupa penilaian perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja. 


Bagiyono (2012) menambahkan bahwa evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan perilaku  peserta  pelatihan atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah mengikuti  pelatihan, maupun dengan mengadakan survei atau wawancara dengan atasan maupun bawahan peserta pelatihan setelah  kembali ke tempat kerja.


4. Level 4: Evaluasi Hasil (Result Evaluation)

Evaluasi hasil Level 4 difokuskan pada hasil akhir  (final  result) yang terjadi  karena  peserta  telah  mengikuti  suatu program pelatihan.  Perubahan kinerja organisasi dievaluasi misalnya dengan membandingkan kualitas dan kuantitas hasil kerja serta durasi proses kerja sebelum dan sesudah  pelatihan.

Evaluasi  Level  4 dapat dikatakan sebagai evaluasi  terhadap  dampak program pelatihan yang dilakukan.  Evaluasi hasil akhir ini dilakukan  dengan  membandingkan kelompok  kontrol  dengan  kelompok  peserta training, mengukur kinerja sebelum dan setelah mengikuti pelatihan. 


Namun perlu diingat, bahwa tidak  semua  dampak dari sebuah program dapat diukur dan meskipun dapat diukur seringkali membutuhkan waktu yang lama.


×
Berita Terbaru Update